BOLTIM, LensaSulut.com – Perhelatan pemilu kepala daerah di Bolaang Mongondow Timur (Boltim) semakin dekat. Dan akhirnya para kontestan telah mengerucut pada tiga pasangan calon. Bicara soal probabilitas (peluang) para kandidat tentu menjadi menarik ditengah kondisi masyarakat yang lebih cenderung apatis (tidak memperdulikan) soal siapa yang akan terpilih nanti pada 9 Desember.
Menurut salah satu tokoh pemuda Boltim, Zanjabil Wakid kalau ia membaca peluang Pilkada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tahun ini, tentu akan menjadi menarik. Menurutnya peta perebutan kekuasaan sebagai orang nomor 1 di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur akan berlangsung sengit, karena asumsi soal kekuatan masing-masing kandidat ini sulit ditebak.
“Menurut saya pilkada tahun ini akan jauh berbeda dengan Pemilukada sebelumnya, karena kecenderungan swingvoters akan lebih mendominasi dibandingkan dengan mereka yang telah menentukan pilihan politiknya. Ini tentu harus pula diantisipasi oleh para kandidat dan tim masing-masing kandidat,” ucap Wakid.
Target yang semula diasumsikan oleh KPU atas tingkat partisipasi masyarakat dalam menentukan hak pilih diangka sekitar 74 sampai 75% angka sulit terwujud, mengingat masih banyak pemilih kemungkinan tidak memilih dikarenakan situasi pandemi yang tentu berdampak pada protokol kesehatan yang diterapkan dalam proses pencoblosan. Tentu hal ini dirasa mempersulit hak warga masyarakat dalam menentukan pilihan.
“Menurut saya, yang harus diperkuat saat ini oleh para kandidat dan timnya disamping soal militansi pemilih namun juga soal partisipasi pemilih, yang akan sangat berdampak pada persentasi suara dalam pilkada nantinya. Ketiga kandidat ini menurut saya, punya peluang kemenangan yang sama. Yang sangat menentukan menurut saya adalah bagaimana mereka melakukan pemetaan basis kekuatan secara real, dan kemudian melakukan kajian dan sosialisasi secara masif terkait hal-hal yang menjadi visi dan misi dari masing-masing kandidat,” jelas Zanjabil Wakid.
Dari 3 kontestan ini secara teritori saya kira sudah terwakili semua, baik posisi calon Bupati dan wakil Bupati. Tinggal menurut saya dalam kurun waktu 70 hari, masa sosialisasi dan kampanye yang diberikan oleh penyelenggara, para kandidat harus memaksimalkan basis dukungan dan bahkan memperluas pada kelompok-kelompok strategis yang menjadi lumbung suara pemilih. Baik dari unsur kedekatan emosional secara keluarga dan kelompokkan masyarakat secara umum.
“Amalia Landjar menurut saya, punya garis kepemimpinan yang kuat dari sang ayah, yang notabenenya adalah Bupati Boltim saat ini, yang tentu masih memiliki basis militansi yang solid. Keterwakilan Uyun Pangalima dari unsur birokrat menurut saya bisa menjadi tambahan kekuatan bagi pasangan ini. Sementara Suhendro Boroma dan Rusdi Gumalangit menurut saya tidak boleh diremehkan, karena dimotori oleh partai besar di Sulut serta didukung oleh nama besar dan basis keluarga yang kuat. Menurut saya akan menjadi modal yang ampuh bagi kedua pasangan ini. Terlebih Rusdi yang saat ini masih menjabat sebagai wakil bupati. Tentu akan banyak ruang komunikasi politik yang strategis yang bisa tercipta,” tutur tokoh pemuda boltim ini.
Lanjutnya, “hal yang mengejutkan menurut saya justru terjadi pada pasangan yang hampir pasti melenggang ke KPU yakni, Sam Sahrul Mamonto dan Oskar Manoppo. Awalnya saya berfikir 2 kontestan ini akan bertarung berhadap hadapan. Dan terjadi secara mengejutkan keduanya menyatu dalam satu kekuatan besar dan ini menurut saya perlu diantisipasi oleh para kompetitornya. Karena keduanya memiliki basis masa militan yang kuat. Saya yakin akan menarik perhelatan pilkada tahun ini, dan saya juga berharap agar seluruh komponen masyarakat tetap menjaga kondusifitas menjelang pilkada tahun ini. Kita hindari perpecahan atas nama agama, ras dan suku yang nantinya berujung pada konflik sesama kita,” pungkas Zanjabil Wakid, yang juga tokoh pemuda boltim ini.
(Dath)