Oleh: Mikdat Ligawa
Hasil seni berbahan kayu menjadi daya tarik tersendiri bagi yang membuat. Seperti keluarga Hardi Mokobombang. Di sebuah tenda bertiang bambu beratapkan seng dan tidak berdinding, disitulah tempat ia bekerja membuat sebuah hasil seni perabotan yang terbuat dari bahan kayu. Hari itu waktu sudah menunjukan pukul 11 siang terlihat dua lelaki dan satu wanita sibuk dengan aktivitas masing-masing. Feri atau biasa disapa Papa Nanu karyawan satu satunya, terlihat sedang merapikan kayu untuk dibuat perabot yang menjadi pesanan pelanggan.
Sesekali pria yang menjadi karyawan karyawan tunggal itu bercakap-cakap dengan pemilik usaha tersebut yakni, Hardi Mokobombang. Tenda tanpa dinding di depan dan di sisi kanannya itu terasa sesak. Sebuah pohon pisang yang sedang berbuah mengelilingi tenda. Ruangannya dipenuhi banyak barang, serta sebuah meja, kursi, lemari dan perabot lainnya. Ada juga kamar tidur yang berukuran kecil yang terletak di sudut tenda.
Sering juga terdengar suara ayam berkokok, karena di dekat tenda yang tak berdinding itu terdapat kandang ayam, yang pemiliknya tak lain adalah kakak ipar atau kakak dari istri Hardi.
Kesehariannya aktivitas di bawah tenda yang terletak di Desa Kotabunan, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tersebut selalu terdengar kebisingan suara mesin profil kayu dan alat lainnya. Walaupun tenda berada di lingkungan masyarakat, tapi mereka tidak pernah permasalahkan suara itu karena masyarakat sekitar sudah terbiasa dengan kebisingan mesin di tenda yang tingginya sekitar 4 meter itu.
Hardi Mokobombang, pria kelahiran tahun 1971 ini menjelaskan kalau dia memilih usaha membuat perabot karena itu adalah jurusan yang diambil sewaktu ia menempuh pendidikan di Sekolah Teknik Menengah (STM) Cokro Aminoto Kotamobagu.
Bekerja membuat perabot bukan hanya sekedar profesi baginya, tapi ini merupakan seni karena inspirasi mengalir dari pemikiran. Kemudian disalurkan di sebuah kayu yang menghasilkan karya yang indah, seperti perabotan rumah. Sebab alasannya, perabotan yang terpajang di dalam rumah, bisa menjadikan rumah yang biasa menjadi luar biasa.
“Usaha yang saya mulai tahun 1996 ini, terbilang cukup lumayan, karena bisa menghidupi keluarga dan sekolahkan ketiga anak saya. Tetapi usaha ini sempat terhenti karena kekurangan modal dan pesanan dari konsumen sudah sepi. Maka saya memutuskan kalau usaha meubel ini saya hentikan sejenak,” ucap Hardi, pria yang sudah dikaruniai tiga anak ini.
“Usaha dilanjutkan kembali nanti sekitaran tahun 2005, karena mulai ada lagi yang memesan perabot kepada kami, sampai saat ini,” jelas pria yang biasa di sapa Ading.
Ia juga menceritakan, “Setiap usaha pasti membutuhkan modal, apalagi usaha yang saya kerjakan ini pasti membutuhkan modal yang terbilang cukup banyak, sebab modal utamanya adalah kayu, karena harga kayu sekarang ini cukup terbilang mahal, dan itu salah satu kendala yang saya alami saat saya kekurangan modal. Adapun kendala yang lain yaitu alat mesin. Apalagi alat yang kami pakai sekarang ini sering rusak dan tidak ada cadangan. Tapi kami tetap masih memakai alat yang ada sekarang ini,” jelasnya berharap kalau dirinya mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam hal ini dinas terkait.
Usaha yang bernama UD Arifkal Meubel Kotabunan ini juga menyediakan pesanan proyek dari mana saja, atau pesanan pribadi, berupa meja, kursi, lemari, atau apa saja perabot dari bahan kayu.
Kalau ada proyek yang menggunakan bahan kayu dari pemerintah boltim, atau dari luar Boltim atau dari pribadi untuk menghias rumah, maka dia sangat berharap kalau bisa memesan padanya. “Masalah kualitas tidak di ragukan lagi. Kami akan membuat sama persis dengan apa yang diinginkan pelanggan,” pungkas pria jebolan STM Cokro Aminoto tahun 1989. (*)