BOLTIM lensasulut.com — Kesetiaan wanita ini mengabdi untuk negara dimulai dari desa kecil di ujung timur tanah Totabuan (julukan untuk daerah Kabupaten Bolaang Mongondow) salah satu kabupaten di propinsi Sulawesi Utara, hingga kemudian dimekarkan menjadi 5 daerah Kab/Kota.
Desa Kotabunan menjadi awal kisah hebat penuh inspirasi yang bisa didapat dari cerita Ibu tiga anak bernama Lengkap Meyke Mamahit, seorang abdi negara muda yang saat itu mengawali karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 1984.
Meyke yang sekarang menjabat sebagai Kepala Inspektorat Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), menceritakan kisahnya ketika ditempatkan di daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow.
“Saya datang bertugas di Boltim, karena Bunda Marlina Siahaan yang saat itu menjabat Bupati Bolaang Mongondow. Bunda Marlina meminta saya (1984) sehingga sampai hari ini saya masih tetap bertahan di sini (Boltim-red),” ungkap Meyke, Selasa (16/7).
Wanita 58 tahun ini mengaku, pertama dirinya ditempatkan di Desa Kotabunan. Meski bertugas di desa kecil, tapi tidak mengurungkan niatnya untuk mengabdi sebagai PNS.
Karirnya di Boltim begitu fantastis. Dua kali menjabat sebagai bagian pengawasan, kemudian menjadi Kepala Badan Keuangan, dan diangkat menjadi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag), serta kemudian diangakat menjabat sebagai Asisten ll.
“Saya menjabat Kepala Inspektorat dua kali, kemudian saya diangkat Bupati Sehan Landjar sebagai Kepala Badan Keuangan, lalu saya ditempatkan sebagai Kepala Disperindag dan selanjutnya diangkat menjadi asistenĀ ll selama 7 Bulan, lalu kembali lagi ke Inspektorat sampai sekarang sudah tiga tahun,” beber Meyke.
Waktu menjabat Kepala Badan Keuangan, wanita kelahiran 3 Mei 1961 ini membawa Boltim meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dua kali berturut-turut (2012-2013).
Usai membawa Boltim terhindar dari disclamer, Isteri dari Kepala Bank BRI Gorontalo ini dipromosikan ke Dinas Perindag. Saat Meyke memimpin dinas tersebut, perubahan ke arah yang lebih baik semakin terlihat. Disiplin ia tingkatkan sampai-sampai Disperindag yang tadinya dinilai sangat memprihatinkan, dengan kehadirannya Disperindag jadi sangat baik.
Di Disperindag, Meyke membuat satu inovasi dimana sejumlah pengrajin Batok Kelapa di ikutsertakan ke Bali. Sempat ia membuka pasar murah dengan turun langungsung berjualan di desa-desa dengan tujuan membantu masyarakat.
Meyke mengaku, selama 30 tahun jadi PNS, ia lebih banyak di Inspektorat sebab dirinya dinilai sangat mampu di bagian pengawasan.
“30 tahun jadi PNS, saya lebih banyak di pengawasan,” Kata wanita yang sering disapa Ibu Mei ini.
Tahun 2021 Meyke akan memasuki masa pensiun. Namun kata dia, semua tergantung Bupati. Jika dirinya masih diperlukan untuk mengabdi di Boltim, ia siap menjadi abdi negara sejati.
Kisah Meyke Mamahit sebagai abdi negara yang mengawali perjalanan karir ASN dari desa kecil ini, semoga bisa menginspirasi buat ASN muda lainnya yang siap ditempatkan di manapun, sebagai bentuk niat pengabdian yang tulus untuk bangsa dan negara. (rey)