TUTUYAN lensasulut.com – Artisanal Gold Council (AGC) bersama Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Wilayah Sulawesi Utara (Sulut) terus mensosialisasikan Program Emas Rakyat Sejahtera (PERS). Selain memperkenalkan teknologi pengolahan emas ramah lingkungan di wilayah Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK), AGC juga mengadvokasi masyarakat di wilayah PESK, Jumat (25/1/19).
Salah satu lokasi program AGC di Sulut terletak di Tobongon, Bolaang Mongondow Timur. Sehingga pada Jumat, baru-baru ini AGC mensosialisasikan programnya kepada jurnalis se-Boltim. AGC sadar bahwa kehadiran dan peran jurnalis sangat penting menginformasikan programnya kepada masyarakat.
Kegiatan yang diselenggarakan AGC bersama AMAN ini tujuannya untuk menjalin komunikasi dengan para wartawan se-Boltim.
Rikson Karundeng dari AMAN Sulut hadir sebagai fasilitator kegiatan. Dalam kesempatan bicaranya, ia menjelaskan bahwa AGC bekerjasama dengan AMAN Sulut untuk melaksanakan program di propinsi ini.
“AGC menjalin kerjasama dengan AMAN Sulut sebagai mitra kerja untuk melaksanakan program AGC di Sulut,” ucapnya.
Karundeng turut menjelaskan kegiatan PERS AGC di Indonesia, termasuk di Sulut.
“Program AGC fokus pada Pertambangan Emas Rakyat Sejahtera di beberapa tempat di Indonesia. Sulut termasuk daerah yang menjadi lokasi program AGC,” sebut Karundeng.
Dijelaskannya, wujud program AGC di antaranya memperkenalkan teknologi pengolahan emas ramah lingkungan, tanpa merkuri dan sianida. Salah satu peralatan tersebut ditempatkan di Tobongon Boltim.
“Tobongon menjadi salah satu lokasi dimana AGC memperkenalkan teknologi pengolahan emas ramah lingkungan,” terangnya.
Dikatakannya, upaya ini merupakan usaha untuk mengurangi bahkan menghentikan penggunaan merkuri pada wilayah PESK. Menurutnya, usaha ini sejalan dengan upaya pemerintah yang telah meratifikasi Konvensi Minamata. Karena itu pemerintah telah melarang penggunaan merkuri di pertambangan.
Selain itu papar Karundeng, bahwa AGC juga mengadvokasi masyarakat di wilayak PESK. Banyak kegiatan yang dilaksanakan. Termasuk pelatihan dan pendampingan pada masyarakat. Isu gender di pertambangan juga menjadi perhatian AGC.
Dalam diskusi, jurnalis Boltim menyorot pengurusan izin PESK. Chindi Limo, salah satu jurnalis menyampaikan bahwa pemerintah harus membantu pengurusan izin masyarakat di wilayah PESK.
“Jika pengelola pertambangan bisa mengikuti prosedur, maka patutlah pemda untuk mempermudah dan membantu perizinan para penambang,” ungkap Limo.
Jurnalis lain, Matt Rey Kartoredjo, mengapresiasi kegiatan Media Gathering yang difasilitasi AMAN dan AGC. Menurutnya, program AGC ini membantu para penambang di wilayah PESK, termasuk teknologi yang ditawarkan.
“Disamping ramah lingkungan, juga masyarakat akan terhindar dari bahaya merkuri,” tambah Kartoredjo.
Pertemuan AGC dan AMAN Sulut dengan para jurnalis Boltim dilaksanakan di Tutuyan, Boltim. Dihadiri para jurnalis Boltim dari berbagai media, baik cetak maupun online. Diskusi para Jurnalis ini akan rutin dilaksanakan sebagai ruang komunikasi program AGC kepada media. (rey)