MOTONGKAD lensasulut.com – Suharno (52) penjual bakso dari Desa Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), merasa nyaman berjualan di perempatan Desa Atoga.
Bapak dua anak ini mengaku, meski bolak balik dari desa Modayag ke Atoga untuk jualan bakso, namun dirinya selalu merasa senang.
“Awalnya saya berjualan di perempatan Desa Nuangan. Cuman karena kurang nyaman sehingga saya pindah ke perempatan Atoga.
Dan saya berjualan disini sudah 2 tahun,” ujar Suarno saat di wawancarai para pewarta Jumat (28/9/2018).
Lelaki paru baya ini jika sudah malam dan Baksonya tidak habis, terpaksa dia menginap di Desa Jikoport.
“Kadang kalau Bakso saya tidak habis, terpaksa Kalau sudah malam yah harus nginap di Desa Jikoport,” Tutur Suharno lagi.
Lanjutnya, jika waktu ramai dirinya menjual Bakso sampai sepuluh kilo.
Tapi sekarang utuk menghabiskan 7 sampai 8 kilo, agak susah. Kadang- kadang sampai dua malam baru baksonya habis tapi dia tidak pernah patah semangat.
“Saya jualan bakso mulai dari pagi sampai pukul sembilan malam.
Menurut saya, ini salah satu jalan cari penghidupan, dimana yang bagus di situ kita berjualan yang penting nyaman,” ucapnya.
“Keuntungan perhari jika sedang sepi, 200 sampai 300 ribu. Kalau lagi ramai, bisa 400 ribu. Jadi itu yang membuat saya nyaman berjualan di perempatan Atoga ini,” tukas pria yang sangat ramah ini. (rey)